Tuesday, March 1, 2011

LUKA YANG GUGUR

Gugurlah daun-daun duka dari pohon yang teguh mencengkam bumi.
Daun yang gugur itu masih muda benar,
Masih hijau dan segar.

Gugurlah ia, melayang menjamah bumi.
Mendaratlah ia di atas semalu.
Duri yang menikam tidak terasa oleh daun itu,
Pandangannya masih pada pohon kejam yang masih mencengkam bumi.

Angin bertiup kencang suatu hari,
Daun diterbangkan dari rumpun semalu, melayang melewati pusara.
Tersangkutlah daun pada dahan kemboja.
Matanya menatap sayu nesan penanda kuburan.
Tertulis nama, lelaki dan wanita dan tarikh kematian.
Daun ingin benar menjadi manusia, yang matinya ada penanda.

Malam itu, kuburan sunyi,
Malam merangkak ke pagi.
Daun hanya mampu menatap pacakan nesan-nesan yang bermandi embun.
Subuh itu tika laung azan berkumandang ada angin kecil menolak daun ,
terbanglah daun lalu jatuh ke muka kali.
Dingin subuh pagi itu hanyut bersama aliran air.

Daun dihanyutkan arus.
Terapung-apung dipermukaan.
Sesekali cahaya muda pagi memantulkan mutiara cahaya pantulan embun yang masih melekit pada daun.
Perjalanan jauh diteruskan.
Suria makin mengganas.
Daun makin layu dimamah bahang panas itu.
Arus sungai itu membawa daun mengenal dunia.


Daun akhirnya tiba di kuala.
Tidak lama lagi daun tahu dia akan bertemu laut.
Laut yang menyimpan jutaan kisah.

3.42 pagi
2 mac 2011

No comments:

Post a Comment